Bagaimana prosesi sunat menjadi panggung sakral yang menyatukan manusia, alam, dan leluhur? Buku ini mengupas secara mendalam Hajat Sunat di Kampung Ciptarasa, Sukabumi—sebuah ritus penting masyarakat adat Kasepuhan Gelaralam yang melampaui sekadar praktik medis. Sebagai penanda transisi dari “jelema” menuju “manusa,” Hajat Sunat adalah peristiwa spiritual yang menyatukan tubuh, jiwa, dan komunitas dalam harmoni adat dan alam. Melalui pendekatan etnografis, buku ini menelusuri peran tiga tokoh sentral: Aki Atna sang Kolot Lembur, Ki Ahina sebagai Béngkong laki-laki, dan Ma Marmi, Ma Béngkong perempuan. Tiap tokoh membawa makna mendalam dalam tahapan empat hari ritual: dari penyucian hingga penyunatan, dari doa hingga arak-arakan simbolik. Lebih dari dokumentasi akademik, buku ini adalah jendela ke dunia spiritual Sunda yang hidup, di mana padi menjadi pusat kosmologi, dan setiap ritus adalah pengikat nilai, identitas, dan solidaritas. Di tengah arus modernisasi, Hajat Sunat menjadi bukti ketahanan budaya yang selektif dan adaptif, serta pengingat bahwa kearifan lokal masih sangat relevan menjawab tantangan zaman.

Categories: Katalog